CeritaAnak: Menulis Cita-cita. Cerita Anak: Menulis Cita-cita. Menjelang siang, para guru harus melaksanakan rapat untuk ujian nasional. Bu Suci yang akan mengajar bahasa Indonesia di kelas enam harus pergi meninggalkan kelas bahkan sebelum pembelajaran dimulai. Beliau meminta anak-anak untuk membuat karangan tentang Cita-cita. Perhatikankedua kutipan cerpen berikut! Kutipan 1 Dinda merupakan anak yang memiliki karakter unik. Ia selalu tidak tetap pendiriannya. Kadang ia bercita-cita menjadi astronot, kemudian keesokan Citacitaku Ingin Menjadi Guru. Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash. Hai nama sara salamuk saya bercita-cita ingin jadi seorang guru, mungking cita- cita tidak sama dengan orang lain. Banyak orang yang ingin memiliki profesi dan Akuharus menjadi salah satu orang yang sibuk mengejar cita tanpa meninggalkan kewajibanku sebagai seorang hamba, dan bisa menjadi seseorang yang bisa menebar kebermanfaatan kepada banyak orang. Belajar tentang apa-apa yang harus aku pelajari untuk bisa lolos seleksi telah ku usahakan semaksimal mungkin. Hingga tiba saatnya ujian yang Alasan kenapa aku ingin jadi guru.” “Oh” “Kak Ruri tahu nggak kenapa dulu waktu aku kecil aku ingin banget jadi guru?” “Hm Gak tahu sih. Mungkin karena suruhan Ayah sama Ibu. Dulu kan Ayah sama Ibu inginnya kamu jadi guru. Gak tahu deh kalau sekarang cita-cita kamu berubah,” Kak Ruri mengangkat bahunya dan disambut helaan napas dariku. Iniadalah pertanyaan standar dan klasik tentang mengapa seseorang memilih suatu alasan. Saya sebenarnya merasa lucu sendiri ketika memikirkan pertanyaan di atas. Pada awalnya saya tidak pernah berpikir untuk menjadi perawat. Cita-cita saya sejak kecil sampai kelas dua SMA adalah guru. Tetapi kemudian kenyataan berkata lain. Menjelang kelulusan, semua teman wbtRM. By DiyantiDimas namanya, seorang anak yang berumur 10 tahun, memiliki empat orang kakak dan dibesarkan oleh kedua orang tua dengan keadaan yang sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga yang mengurusi kelima keadaan ekonomi yang kurang mampu ayahnya tetap bertekat untuk menyekolahkan semua anaknya, minimal bisa lulus sendiri masih duduk di kelas lima SD, kakak pertama dan keduanya sudah bekerja di pabrik, sedangkan kakak ketiganya duduk di bangku SMA sebentar lagi lulus, lalu kakak keempatnya masih kelas delapan kecil, Dimas diajarkan untuk berhemat, rajin belajar supaya lulus dengan nilai yang memuaskan dan mendapatkan pekerjaan lumayan layak seperti kedua kakaknya. Setidaknya kedua kakaknya bekerja di pabrik bukan buruh bangunan seperti ayahnya. Sehingga bisa membantu perekonomian Dimas agak berbeda dengan keempat saudaranya. Pada usia dua tahun saja ia sudah bisa berbicara lancar. Pada usia empat tahun sudah banyak kosakata yang Dimas pahami. Dan ketika baru sekolah di kelas satu SD, Dimas sudah bisa membaca tanpa memang anak yang pintar, dia cepat memahami apa yang diajarkan oleh guru, orang tua, saudara-saudaranya, teman-teman maupun orang-orang di lingkungan sekitar. Sering kali ia bertanya apapun yang belum ia pahami. Contohnya ketika Dimas berumur lima tahun, ia bertanya setelah melihat ayahnya menyelesaikan sholat.“Tuhan itu seperti apa? Apa waktu sholat, Ayah lihat Tuhan?”Mendapatkan pertanyaan demikian, sang Ayah pun kelimpungan menjawab. Ibunya juga takut menjawab, takut salah, sedangkan keempat saudaranya juga tidak tau jawaban yang tepat. Pada akhirnya Ayah mengajak Dimas untuk bertemu dengan guru ngaji yang berjarak beberapa meter dari rumah sang guru ngaji bisa menjawab pertanyaan bocah lima tahun tersebut, walau Dimas terus-terusan bertanya yang belum ia pahami. Sejak itulah Dimas mulai belajar mengaji. Dia belajar huruf Arab dan cara membacanya jika di sambung-sambungkan. Dimas juga belajar tata cara sholat, doa-doa dan pengetahuan lainnya tentang agama, Dimas pun belajar ilmu umum di sekolah. Ia belajar matematika, belajar sejarah Indonesia dan belajar ilmu pengetahuan lainnya. Dan dari sekolah itulah Dimas tau tentang itu Dimas masih kelas satu, harus maju satu persatu untuk memperkenalkan diri. Tiba giliran Dimas, ia pun maju ke depan dan menghadap teman-temannya. Seragam yang ia kenakan tidak baru seperti teman-temannya, ia hanya memakai seragam SD milik kakak keempatnya yang menurut Ibu masih bagus Bu Guru mempersilahkan Dimas memulai perkenalan. Ketika itu, Dimas merasa senang sekali bersekolah, jadi ia tidak takut maupun malu untuk maju ke depan dan memperkenalkan diri.“Dimas, cita-citanya mau jadi apa?” tanya Bu Guru setelah Dimas menyelesaikan cerita mengenai kakak-kakaknya.“Cita-cita itu apa Bu Guru?” tanya balik Dimas dengan Guru kemudian menjelaskan, cita-cita adalah impian. Impian bukan mimpi saat tidur, namun impian kerja jadi apa saat dewasa. Itulah yang Dimas pahami saat itu. Dan karena itulah Dimas diam tidak menjawab.“Jadi Dimas cita-citanya jadi apa?” tanya ulang Bu Guru. “Mau jadi dokter, guru, polisi, tentara atau yang lainnya?”Dimas tetap diam. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, berarti cita-cita Ayahnya waktu kecil adalah menjadi buruh, lalu Ibunya tidak bekerja, berarti Ibu tidak mempunyai cita-cita. Tapi teman-teman yang lain banyak yang menjawab ingin menjadi dokter, berarti nanti ketika besar teman-temannya banyak yang menjadi dokter, berarti dokter jadi banyak sekali.“Dimas?” panggil Bu pun langsung menggelengkan kepalanya, dia menatap gurunya dengan bingung. “Aku cita-citanya nggak tau jadi apa, Bu Guru. Aku nggak mau jadi ayah kerjanya buruh bangunan, aku juga nggak mau seperti ibu yang nggak kerja, aku juga nggak mau jadi dokter, teman-teman banyak yang ingin jadi dokter.”“Kalau menjadi guru?” tanya Bu Guru memberi opsi kepada Dimas. “Guru tugasnya mengajar, nah karena ada guru lah jadi ada dokter, tentara, polisi.” Bu Guru tetap menjelaskan pelan-pelan.“Bu guru dulu kecilnya cita-citanya jadi guru?” Dimas malah balik bertanya. “Memang kalau aku bilang cita-citanya jadi guru, nanti besarnya pasti jadi guru ya Bu Guru?”Bu Guru saat itu langsung paham, jika Dimas merupakan anak yang cerdas. Ia pun memberi penjelasan dengan pelan-pelan dan dengan kata-kata yang mudah dipahami. Bahwasannya cita-cita adalah impian yang ingin diraih. Ingin berarti belum pasti namun diusahakan untuk diwujudkan. Jadi belum tentu Ayahnya dulu bercita-cita menjadi buruh bangunan. Sedangkan Bu Guru bilang jika cita-citanya saat kecil adalah menjadi guru, namun Bu Guru memberitau bahwa ketika besar atau dewasa banyak sekali masalah atau rintangan yang menghadang untuk mewujudkan cita-cita. Rintangan yang menghadang, contohnya tidak punya uang, berhenti sekolah dan banyak lagi. Bu Guru bilang bahwa Dimas akan memahaminya nanti, jadi Dimas tidak banyak bertanya walau kurang paham pada saat itu. Bu Guru bilang kalau dia akan memahaminya nanti. Nanti berarti Dimas pasti akan sekarang Dimas sudah berusia 10 tahun. Ia sudah lebih banyak mempelajari suatu hal. Misalkan tentang agama, Dimas sudah lancar mengaji dan pernah khatam sekali. Dia juga semakin tau apa itu pahala dan dosa. Sedangkan di sekolah, Dimas menjadi siswa terpintar di kelasnya. Ia selalu menduduki peringkat pertama mengungguli teman-temannya yang itu Dimas juga mulai paham tentang cita-cita. Ia bertekat ingin menjadi orang yang sukses, entah dalam pekerjaan apa Dimas belum bisa menentukan. Orang yang sukses berarti harus bisa sekolah dan banyak Dimas juga mulai memahami mengenai masalah dan rintangan yang menghadang seperti yang dikatakan Bu Guru beberapa tahun yang lalu. Pengalaman dan keadaan menghantarkan Dimas untuk tau masalah atau rintangan yang menghadang.“Keadaan sekarang semakin sulit, Ayah sudah tidak bekerja lagi sedangkan Santi sudah di pecat, tinggal Bima yang diandalkan, gimana kita bisa bayar uang sekolah Deni, Evi sama Dimas?” Ibu mengeluh di ruang tamu, di depan sang Ayah yang tampak frustasi dengan keadaan yang semakin berpikir jika anak-anaknya sudah tertidur, namun nyatanya Dimas sedang berdiri di balik tembok, awalnya tidak sengaja mendengar pembicaraan kedua orang tuanya.“Nanti pasti bisa melunasi uang sekolah anak-anak.” Ayah berkata. Cara untuk menghibur diri dari himpitan kesusahan, selalu percaya bahwa hari esok akan baik-baik saja.“Uang dari mana?” Ibu bertanya terdiam di tempatnya. Apakah dia akan putus sekolah dan tidak bisa mewujudkan cita-citanya yang ingin menjadi orang sukses? Anak usia 10 tahun itu termenung di tempatnya berdiri. Ibu sedang menangis, terisak pilu. Ayah memegang kepalanya terasa pusing. Lalu Dimas?Anak itu sedang berpikir keras untuk mengorek kembali ingatan tentang ucapan guru ngajinya.“Tuhan akan selalu menolong hamba-Nya yang sedang kesusahan.”Benar. Itulah yang diperlukan Dimas sekarang, yaitu berkeluh kesah kepada Tuhan. Pasti Tuhan akan mendengar dan akan segera menolong keadaan pelik yang menimpa mereka.[Tamat] Cara Membuat Puisi Cita Citaku Menjadi Guru - Daftar isi [ Sembunyikan] 1 Puisi cita-citaku menjadi guru one bait. 2 Puisi Guru 2 Bait. Bila Besar Nanti. Cita-Cita Dalam Hati. Menggapai Cita-Cita. Guru Yang Mulia. Teladan. 1. Puisi Cita-citaku Menjadi Guru 2 Bait. Untuk contoh pertama, Jafarull akan membuat puisi dengan jumlah dua bait dan tiap baitnya terdiri dari..cara membuat puisi cita citaku menjadi guru, riset, cara, membuat, puisi, cita, citaku, menjadi, guru LIST OF CONTENT Opening Something Relevant Conclusion Guru tanpa pamrih berbagi ilmu. Aku akan berusaha mencapai cita-citaku. Tak akan Lelah aku mencari ilmu. Tak kan aku berpangku tanga saja. Demi tercapainya cita-citaku. Itulah contoh puisi cita-citaku menjadi guru yang bisa dijadikan referensi untuk membuat tugas terutama dalam peringatan hari guru nasional yang akan jatuh pada tanggal 25. Oct 23, 2022 Table of content Puisi Cita-citaku Menjadi Guru - Pada kesempatan kali ini, Jafarull akan membagikan contoh puisi cita-citaku menjadi guru. Kamu bisa gunakan contoh ini sebagai bahan referensi pembuatan puisi maupun tugas sekolah. Meski begitu, alangkah baiknya kamu membuatnya versi karyamu sendiri. Perbesar Puisi Cita-citaku Menjadi Guru, Foto Pixabay Menjelang Hari Guru Nasional, para siswa/i mulai diberikan tugas untuk membuat puisi cita-citaku menjadi guru. Hari Guru Nasional sendiri diperingati pada 25 November 2021 besok untuk menghormati para guru yang rela bekerja keras untuk mencerdaskan anak bangsa. Daftar ISI [ Tampilkan] Contoh Puisi Cita Citaku Menjadi Guru Berikut ini merupakan beberapa contoh puisi seputar cita citaku ingin menjadi seorang guru yang bisa anak Anda gunakan untuk berbagai kepentingan di sekolah 1. Cita Citaku Menjadi Guru Karya Putu Surya Nata Sosok ramah berhiaskan senyum Penuh ilmu yang membuat kagumJawaban Berikut ini merupakan contoh puisi cita-citaku menjadi guru. Puisi cita-citaku menjadi guru 1 bait 1. Aku ingin menjadi guru Yang selalu memberi ilmu Mengajar setiap hari Mendidik anak-anak negeri 2. Menjadi guru adalah cita-citaku Yang kupendam didalam kalbu Semoga tercapai semua impian Menjadi seorang guru yang diidam-idamkan. 3. Recommended Posts of Cara Membuat Puisi Cita Citaku Menjadi Guru Kau Ajarkan Kami Cita-citaku menjadi guru Para guru sangat mulia Mengajarkan kami ilmu Belajar berhitung dan membaca. Karena guru kami tahu Mana buruk mana yang baik Bukan sekedar ilmu Tetapi juga akhlak yang Cita-Citaku Menjadi Guru. 3 Impian Menjadi Pilot. 4 Ingin Menjadi Polisi. 5 Menjadi Tentara. 6 Polwan Pekerjaan Mulia. 7 Cita-Cita Menjadi Dokter Hewan. 8 Pramugari Adalah Impianku. 9 Cita-Citaku Menjadi Atlet. 10 Menjadi Arsitek.. Hai Nama saya Ai Nurhasanah saya bercita-cita ingin jadi seorang cita-citaku nggak sama dengan orang-orang yang kebanyakan pengen jadi Cita-Citaku Menjadi Guru, Dokter, Arsitektur, Polwan,. Nah, buat sobat yang saat ini sedang mendapatkan tugas sekolah untuk membuat puisi namun masih bingung seperti apa puisi cita-cita yang baik maka dapat menyimak beberapa puisi cita-cita yang sudah kami siapkan dibawah ini. Tanpa banyak basa-basi lagi mari silahkan simak membuat puisi cita citaku menjadi guru. Share 0. previous post. cara membuat puisi cita citaku menjadi dokter. next post. cara membuat puisi cita-cita. CaraBuat. Related posts. cara membuat kue kering putri salju. CaraBuat August 23, 2021 August 23, 2021. cara membuat boba Kelas. Sumber Ilustrasi PAXELS Hai Nama saya Ai Nurhasanah saya bercita-cita ingin jadi seorang guru. Mungkin cita-citaku nggak sama dengan orang-orang yang kebanyakan pengen jadi pegawai kantoran, pengusaha, dan lain-lainya Banyak orang yang ingin memiliki profesi dan impian. Dan be gitu juga dengan saya bermimpi menjadi Tentang Cita Citaku ingin Menjadi Guru 1 Anganku melayang ke masa depan Aku ingin mejadi seorang Guru Guru adalah pejuang ilmu di garis depan Guru tanpa pamrih berbagi ilmu Aku akan berusaha mencapai cita-cita Aku takkan lelah untuk mencari ilmu Takkan aku berpangkutangan saja Demi menggapai cita-citakuPuisi cita citaku menjadi guru Anganku melayang ke masa depan Aku ingin mejadi seorang Guru Guru adalah pejuang ilmu di garis depan Guru tanpa pamrih berbagi ilmu Aku akan berusaha mencapai cita-cita Aku takkan lelah untuk mencari ilmu Takkan aku berpangkutangan saja Demi menggapai cita-citaku1. Belajar Terus Menerus Sebagai seorang guru, penting untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Perkembangan teknologi dan dunia pendidikan terus berubah, sehingga kita harus selalu up-to-date dengan perkembangan tersebut. 2. Berkomunikasi dengan Baik Komunikasi yang baik dengan murid-murid dan rekan kerja sangatlah lincah di lapangan. Berlari cepat seperti singa. Membawa bola dengan cekatan. Itulah cita-citaku menjadi pemain bola. Berlatih dengan giat tanpa bosan. Cita-cita mulia harus diperjuangkan. Bukan hanya sebuah angan-angan. Aku ingin cita-citaku jadi kenyataan. membuat puisi cita-cita. by CaraBuat September 27, 2021 September 27, 2021 0 228.. previous post. cara membuat puisi cita citaku menjadi guru. next post. cara membuat puisi di microsoft word. CaraBuat. Related posts. cara membuat ketupat dari kertas warna. CaraBuat August 20, 2021 August 20, 2021. cara buat martabak telur dan bumbunya. Conclusion From Cara Membuat Puisi Cita Citaku Menjadi Guru Cara Membuat Puisi Cita Citaku Menjadi Guru - A collection of text Cara Membuat Puisi Cita Citaku Menjadi Guru from the internet giant network on planet earth, can be seen here. We hope you find what you are looking for. Hopefully can help. Thanks. See the Next Post * Cerita ini saya tulis untuk buku Kaki Mimpi Kumpulan Cita-Cita Anak Indonesia, sebuah inisiatif ShoeBox Project pada Februari 2012. Ah, rasanya senang sekali kalau di antara kita ada yang bercita-cita menjadi guru. Apakah itu cita-cita kamu? Ketika kamu berani bilang kamu bercita-cita menjadi guru, kamu sudah menjadi orang hebat. Kamu tahu mengapa? Karena tidak banyak lho yang berani bercita-cita menjadi guru. Dulu aku juga tidak berani pamer kepada teman-teman lain yang kebanyakan bilang cita-citanya adalah dokter, pilot, atau presiden. Aku sempat merasa malu sebab sepertinya pekerjaan guru tidak keren. Ya, dulu waktu sekolah dasar aku berpikir begitu. Namun, pikiranku berubah setelah memahami pertanyaan Ibu Guru di sekolah. Suatu hari beliau tanya, “Guru itu apa?” Hampir satu kelas menjawab hal yang sama. Guru adalah orang yang mengajarkan banyak ilmu kepada murid. Ibu Guru kemudian melanjutkan, “Murid-murid itu akan jadi apa ketika besar nanti?” Teman-temanku berebut mengangkat jari. “Jadi dokter!” “Jadi pilot!” “Jadi presiden!” Ibu Guru tersenyum lalu kembali bertanya, “bagaimana cara mereka bisa jadi dokter, pilot, atau presiden?” Seorang temanku menjawab sambil mengkerutkan dahi, “Ya, mereka harus pintar, kan?” Ibu Guru hanya mengangguk. Beliau kemudian kembali bertanya, “Siapa yang membuat mereka pintar?” Seorang temanku yang lain gesit menjawab, “Guru!” Tak diduga, Bu Guru menggeleng manis. “Yang membuat mereka pintar adalah diri mereka sendiri.” Anak-anak terdiam. Mereka merasa ada yang aneh dari jawaban Bu Guru. Aku pun merasa begitu. Kupikir, yang membuatku bisa memasang puzzle saat TK adalah guru. Yang membuatku jadi bisa membaca huruf adalah guru. Yang membuatku bisa menghitung perkalian adalah guru. Yang membuatku paham peta Indonesia dan cara ikan bernapas adalah guru juga. Tapi tadi Bu Guru bilang, kita sendiri yang bisa mencapai segala pekerjaan hebat itu. Jadi apa itu guru? “Guru adalah sahabat murid, yang menemani murid mencapai cita-citanya,” ujar Bu Guru seolah tahu apa yang kami pikirkan. Beliau lalu menjelaskan, guru selalu hadir hampir setiap hari untuk belajar bersama kita. Guru juga yang siap bantu menjelaskan segala ilmu saat kita mulai tak paham suatu masalah. Gurulah yang menemani si calon dokter memahami bagaimana cara luka bisa sembuh. Guru juga mendongengkan kisah antariksa pada si calon pilot. Guru pula yang menjelaskan kehebatan Indonesia pada si calon presiden. Guru yang hebat akan mengantar murid-muridnya menjadi pintar. Guru yang cerdas akan menemani muridnya mencapai segala pekerjaan yang hebat. Saat itu aku langsung berani bilang dalam hatiku, aku ingin menjadi guru! Ah, tapi bagaimana caranya, ya? Bu Guru bilang, syarat menjadi guru itu satu, kita harus pintar. Sebab gurulah yang akan menemani murid-muridnya menjadi lebih pintar. Aku agak takut, karena aku merasa tidak pintar. Namun, Bu Guru segera melanjutkan, pintar itu bukan hanya ada di otak, tetapi pintar di hati juga. Bu Guru meletakkan tangan di dadanya. Kami menirunya dan memejamkan mata. Menjadi guru adalah sebuah cita-cita yang baik. Guru akan mengantar anak-anak dan remaja menjadi lebih baik. Dengan hati, guru akan menemani mereka mencapai segala prestasi. Lalu, hidup murid-muridnya kelak akan lebih sejahtera. Guru pun akan merasa bahagia. Jadi, mulai sekarang aku akan makin rajin belajar. Aku akan banyak membaca buku dan koran. Aku akan belajar internet dan banyak bertanya pada orang. Aku mau membuat diriku pintar. Aku ingin sekolah sampai kuliah, agar aku bisa semakin pintar. Bu Guru bilang, pekerjaan guru adalah pekerjaan mulia dan berharga. Banyak pahlawan Indonesia yang mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Sebut contohnya, Ki Hajar Dewantara atau Dewi Sartika. Kesuksesan mereka adalah berhasil mendirikan sekolah untuk anak-anak. Sementara guru masa kini, mereka juga meraih macam-macam prestasi. Guru juga diberi penghargaan yang besar, gaji yang tinggi, atau bisa jalan-jalan ke luar negeri. Sejak itu, aku semakin percaya bahwa cita-cita menjadi guru itu sangat keren. Kata Bu Guru, segala jenis guru itu baik, selama kita melakukannya dengan cara yang baik. Wah, aku jadi bingung mau jadi guru apa. Guru taman kanak-kanak, guru agama, guru SD, guru pelajaran, guru bimbingan belajar, atau dosen di kampus ya? Ah, aku mau jadi guru apa saja. Yang penting, aku sekarang berani bilang dengan lantang, cita-citaku adalah menjadi seorang guru. Apa itu juga cita-citamu? 🙂

cerpen tentang cita cita menjadi guru